Orientasi pasar tentu saja menjadi salah satu faktor pertimbangan bagi Toyota sehingga tak mengherankan jika raksasa otomotif asal negeri sakura ini terus menempati posisi “numero uno” baik untuk statistik penjualan maupun segala sumber daya yang dimiliki. Konsep orientasi pasar menjadi salah satu bagian dari ilmu marketing dimana faktor yang menjadi perhatian utama adalah konsumen, pesaing dan perubahan teknologi.
Ketiga hal diatas memang sangat diperhatikan oleh sebuah intitusi bisnis seperti halnya Toyota mengingat setiap perubahan yang dihasilkan akan berdampak langsung pada kinerja pabrikan.
Toyota menganggap bahwa orientasi pasar dalam memproduksi serta memasarkan mobil barunya melalui dealer yang didasari oleh kebutuhan konsumen dengan mempertimbangkan kualitas, harga yang lebih kompetitif serta review dari pengguna sebelumnya yang dijadikan sebagai sebuah informasi yang tepat untuk mengembangkan produk yang ada agar nantinya lebih diterima oleh konsumen disemua segmen.
Baca : Penjualan Avanza Tetap Digeber Meski Harga OTR Terus Mengalami Kenaikkan
Dalam menjalankan orientasi pasar tentu saja brand perlu menyadari bahwa mereka juga harus berorientasi pada persaingan (orientasi pesaing). Menariknya, untuk persaingan yang begitu pada bursa otomotif Indonesia sejauh ini masih pada brand-brand Jepang sehingga mau tidak mau setiap mobil baru yang diluncurkan memang harus bersaing secara head-to-head dengan kendaraan roda empat dari Honda, Suzuki, Mitsubishi dan Nissan.
Disatu sisi bahwa persaingan memang sangat dibutuhkan oleh sebuah brand karena beberapa alasan, diantaranya ;
Pertama, melalui persaingan yang terjadi maka brand akan melakukan evaluasi apakah mobil yang sudah diluncurkan benar-benar menjawab kebutuhan publik pada alat transportasi atau tidak.
Berbicara tentang trend otomotif tentu saja tak bisa dari Lifestyle namun untuk pasar otomotif nasional tentu saja Toyota telah berhasil menghadirkan mobil sesuai dengan segmentasinya sehingga melalui Agen Pemegang Merek yaitu PT Toyota Astra Motor bahu-membahu bersama dealer dan outlet yang tersebar diseluruh Indonesia untuk terus mengungguli brand lainnya dalam mencetak angka penjualan.
Untuk saat ini ada beberapa mobil besutan Toyota yang masih menguasai bursa otomotif nasional dibeberapa kategori seperti halnya pada kategori Low MPV yang masih dikuasai oleh Avanza, Kijang Innova pada mid MPV, Calya untuk kategori Low MPV LCGC , dan Fortuner pada full-size SUV.
Kedua, persaingan dibutuhkan untuk terus memotivasi brand agar terus melakukan improvisasi dan tak mudah puas dengan hasil atau angka penjualan yang sudah dicapai selama ini. Persaingan selalu mengandung ancaman pada sebuah brand yang menempati posisi raihan angka penjualan teratas. Konsumen tentu saja dapat melakukan punishment kepada sebuah brand dengan tidak membeli lagi mobil yang diproduksi oleh brand tersebut apalagi mobil yang sudah dimilikinya dari dealer melalui proses pembelian secara cash maupun kredit.
Ketiga, persaingan memberikan dinamisitas interaksi sebab brand akan berusaha semaksimal mungkin memberikan yang terbaik kepada konsumen. Jadi, secara agregat diharapkan bahwa konsumen akan mendapatkan manfaat melalui kesadaran kolektif brand dalam berusaha memberikan yang terbaik bagi para konsumen secara umum. Brand yang tidak mampu memberikan yang terbaik dapat dipastikan akan tergusur dari peta persaingan. Hanya brand yang mampu menawarkan sesuatu yang lebih baik yang akan dapat bertahan.
Kita sudah membahas setidaknya dua orientasi yakni pasar dan persaing maka yang berikutnya adalah orientasi konsumen. Hal terpenting lainnya dari sebuah brand adalah kemampuan yang dimiliki untuk menilai dan mengevaluasi siapa saja konsumennya.
Disini Toyota benar-benar melakukan berbagai survey untuk menganalisa kecenderungan membeli dari konsumen dan hal terpentingan bahwa keputusan yang diambil selain nama besar Toyota itu sendiri maka faktor pertimbangan lainnya adalah review tentang kepuasan konsumen dalam menggunakan mobil yang dipasarkan oleh Toyota itu sendiri.
Brand tentu saja harus mampu menangkan berbagai harapan, impian maupun kekecewaan konsumen kemudian berupaya untuk melakukan perubahan yang signifikan pada produknya. Salah satu contoh adalah re-call yang sering dilakukan oleh sebuah brand. Dari orientasi konsumen ini tentu membawa impilikasi bahwa brand harus secara berkesinambungan untuk memperhatikan setiap perubahan yang terjadi yang sering kita dengar dengan istilah trendsetter berkendara.
Terakhir adalah orientasi pesaing dimana Toyota benar-benarmengamati apa yang dilakukan oleh para pesaingnya. Ditahun 2012, Suzuki meluncurkan Ertiga yang hadir dengan AC Double blower maka agar Avanza kembali mendominasi dan tak menjadi celah bagi pesaing untuk menjadikan selling point pada produknya maka ditahun yang sama pihak Toyota Indonesia langsung mengubah fitur pengatur suhu tersebut dimana setiap mobil Avanza akhirnya menggunakan AC double blower juga yang sebelumnya hanya menggunakan AC single blower.
Orientasi pesaing juga tak luput dari riset pasar yang berkepanjangan oleh Toyota sehingga mobil yang dipasarkan dapat memimpin penjualan dikategorinya masing-masing.
Originally posted 2017-04-22 00:50:14.